Dunia terus
berputar dan umur terus berjalan maju, bahkan lajunya tak bisa ku hentikan
meski Cuma semenit saja, tua itu pasti dan dewasa adalah sebuah pilihan.
Bicara soal
pernikahan, jodoh atau pasangan hanya angka nol yang bisa aku tunjukkan dan
status jomblo adalah status yang mereka sebut terhadap kehidupan ini.
Rasa iri terselip
diantara perasaan ketika mata mulai memandang dua sejoli bergandeng bergurau
tertawa lepas kala mereka berbagai kesenangan atau mungkin ketika melirik dua
orang kaum adam dan hawa yang menangis saling merangkul kesedihan yang ada tapi
hati terasa bangga ketika kedua momen itu tiba-tiba berubah jadi amarah dan
saling membenci satu dengan yang lainnya.
Termenung diantara
bayangan yang terngiang-ngiang dalam benak pikiran ini, kenapa mereka bisa
saling bercinta, kenapa mereka bisa berbagi kesedihan dan kenapa mereka tiba-tiba
bisa berubah meluapkan amarah antara satu dengan yang lainnya.
Ketika saling
bergandeng tangan , tertawa gembira mereka seperti kemasukan malaikat tapi
ketika tiba-tiba saling menyalahkan dan akhirnya bermusuhan satu sama lain dan
saling mencaci layaknya mereka sedang kerasukan rajanya iblis, dan ketika
itulah mulut ini mulai tersenyum sinis meliriknya.
Apa yang mereka
khayalkan kemarin sehingga bisa saling tertawa dan apa yang mereka perdebatkan
sehingga membuat mereka tiba-tiba saling mencaci, mungkin cinta susah untuk di
tebak, baik laju, momen maupun kondisi satu dengan pasangannya.
Benak ini hanya
memiliki sebuah prediksi sederhana, kesimpulan yang rasional yang telah terekam
dalam benak ini bahwa mereka bergandengan, mereka tertawa bersama tak lebih
hanya ingin cari sensasi. Mereka hanya ingin meningkatkan popularitas saja dan
tak pernah ingin membangun sebuah komitmen bakal terus tertawa bersama, terus
menangis bersama sampai mereka saling berganti terkubur oleh tanah.
Mungkin aku juga
pernah merasakan cinta tapi tak pernah se-gila mereka, bergonta ganti pasangan
bukan hobiku, apalagi hanya sekedar untuk cari sensasi, sengaja membuat suasana
menjadi runyam dan akhirnya saling mencaci dan berpisah membawa sebongkah
dendam untuk pembalasan masa yang akan datang.
Satu cinta untuk selamanya, untuk satu kehidupan dan satu massa dan
bongkahan cinta yang besar bisa terbagi sesuai kondisinya layaknya cinta untuk
keluarga dan cinta untuk orang lain dalam artian teman atau orang-orang
terdekat. Enha, 20 februari 2016
0 comments:
Post a Comment