Hari jum’at
ketika tarhim berkumandang Omen langsung pergi ke kamar mandi dan segera mandi
untuk persiapan menunaikan sholat jum’at, hari ini ada yang beda, Omen senyam
senyum sendiri melihat sandal barunya.
Ketika keluar
rumah hendak berangkat ke Masjid tiba-tiba ada Denis yang hendak ke masjid
juga.
“Bang mau ke
masjid?” Sapa Denis
“Ia Den” Jawab
Omen
“Ayo barengan
bang”
“Ayuk”
Di tengah
perjalanan ke masjid mereka terus berbincang-bincang.
“Bang Sendalnya
baru nih?” Tanya Denis
“Alhamdulillah ia
Den” Jawab Omen
“Tumben bang
punya uang buat beli sandal”
“Ini hasil
menabung selama sebulan Den”
“Pasti mahal ya
bang?”
“Den, kayak gak
tau aku aja, makan tiap hari aja kadang ada kadang gak, masak sandalku harganya
mahal”
“Iya ya bang,
bang Omen kan pengangguran, hehehe”
Sampai di masjid
mereka langsung bergabung di barisan jama’ah depan, mereka mendengarkan khatbah
dengan hikmat, apalagi Omen mulutnya terus mengeluarkan kata-kata istighfar,
meski tampangnya humoris bahkan kadang juga tak serius tapi jika beribadah dia
tak mau kalah sama para alim ulama, bahkah ia pernah berkata “Aku tau aku belum
tentu di jamin masuk syurga dan aku tau kalau Nabi Muhammad SAW sudah di jamin
masuk syurga tapi jika Nabi Muhammad menantangku untuk taat beribadah aku
ladeni tantangannya”.
Usai sholat
jum’at Omen clingak-clinguk di depan masjid, mukanya berubah seperti orang
blo’on, tiba-tiba dari belakang Denis menyapanya.
“Hei Bang Omen
kenapa?” Tanya Denis
“Sandal saya
hilang Den” Jawab Denis
“Kok bisa bang,
tadi di taruh mana?”
“Ya disini”
“Mungkin si
pencuri tau kalau sandal bang Omen baru jadi ya diambil”
“Wah kurang ajar
tu orang, ya udah ayo pulang”
Seminggu kemudian
tepatnya pada hari jum’at ke dua pasca hilangnya sandal Omen, kali ini Omen
memakai sandal baru lagi meski yang kali ini merknya lebih rendah tapi sandal
ini termasuk sandal baru, apalagi sandal ini adalah hasil hutang di toko Bu
Salamah.
Pada Jum’at kedua
ini Omen tak lagi berada pada barisan jama’ah depan melainkan ia berada pada
jama’ah barisan belakang tepatnya didepan sandalnya sendiri, jadi ketika usai
selesai sholat jum’at ia langsung bisa memakai sandalnya yang berada tepat
dibelakangnya.
Ganti baju usai
sholat jum’at Omen langsung berkumpul bersama gerombolannya di warung rujak
milik Mbak Tin, lagi asik-asik bergurau tiba-tiba Kentos membuka obrolan baru.
“Di masjid itu
ternyata ada pencurinya juga ya “ kata Kentos
“Maksud kamu
Tos?” tanya Cakil
“Iya tadi sandal
bapakku hilang waktu selesai sholat jum’at”
“Punyaku juga”
Sahut Omen
“Sandalmu baru
gitu kok Men” sahut Cakil
“Bukan yang ini,
ini aja tadi waktu sholat jum’at aku tungguin, sholatku tepat di depat sandal
ini, masak harus hilang untuk kedua kalinya apalagi ini sandal hasil hutang.
Hehehe”
“Dasar kau Men”
Kata Cakil
“Jadi konsentrasiku
terbagi antara sholat dan sandal hehehe, tapi kelihatannya hari jum’at besok
aku punya cara supaya sandalku tak hilang lagi”
“Gimana Men”
Tanya Kentos
“Lihat saja
besok” kata Omen
Hari jum’at
ketiga pasca hilangnya sandal Omen telah tiba, Kentos dan Cakil sudh datang ke
masjid duluan sementara Omen datang bersama Denis. Kali ini mereka melaksanakan
sholat jum’at dengan hikmat dan usai sholat jum’at mereka pulang bersama.
“Eh Bang Kentos
dan Bang Cakil” kata Denis keluar Masjid
“Eh Denis” sapa
kentos dan cakil
“Gimana sandal
kalian berdua?” tanya Omen kepada Kentos dan Cakil
“Aman, hehehe”
Jawab mereka berdua sambil menunjukkan tas plastik yang berisi sandal mereka
“Kamu sendiri
gimana Men?” tanya Cakil
“Aman juga”
“Punyaku juga
aman Bang” Sahut Denis
“Kalau punya kamu
jelas aman Den, siapa yang mau sandal bergambar kartun, apalagi ukuran anak
kecil” Sahut Cakil
“Bang mana sandal
Bang Omen” Tanya Denis
“Itu ujung utara
satu sama itu ujung selatang satu, kalau pencurinya masih mau ambil juga berarti
cari mati, lagian gak mungkin mau pencuri mencari-cari dulu barang yang mau di
curi, malah ketahuan pemiliknya nanti, hahaha” Jawab Omen
“Hahaha dasar kau Men, ada aja akalmu” Kata Kentos. Enha, 22 Desember 2015
0 comments:
Post a Comment